Al Lathiif adalah salah satu Asma’ul Husna, yaitu Yang Berlemah lembut kepada hamba-hamba-NYA (dalam semua urusan) . Allah mengendalikan dan menggiring segala sesuatu yang akan mengantarkan kebaikan kepada hambanya tanpa ia sadari. Ini merupakan tanda dari pengetahuan, kemurahan, dan rahmat-NYA.
Allah Ta’alaa berfirman :
الله لطيف بعباده يرزق من يشاء وهو القوي العزيز
”Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-NYA, Dia memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-NYA, Dan DIA-lah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Q.S. Asy Syuuraa :19)
لا تدركه الأبصار وهو يدرك الأبصار وهو الطيف الخبير
”DIA tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang DIA dapat melihat segala yang kelihatan ; dan DIA-lah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al An’aam :103)
Makna Al Lathiif ada dua macam:
Pertama, Allah Maha Mengenal yang Pengetahuan-NYA meliputi segala rahasia, perkara batin, hal ghaib, yang tersimpan di dada, serta segala sesuatu yang lembut dan halus.
Kedua, Allah bersikap lembut pada wali-NYA yang hendak diberikan kebaikan, meliputinya dengan kemurahan-NYA, mengangkat derajat-NYA, hingga Allah memberi kemudahan dan menjauhkan kesulitan darinya. Allah juga memberi berbagai cobaan yang tidak disukai dan berat baginya, yang merupakan esensi dari keshalihannya dan jalan menuju kebahagiaannya sebagaimana Allah menguji para Nabi dengan penganiayaan dan dengan jihad dijalan Allah.
Betapa banyak kelembutan dan kemurahan Allah yang tak tergambar oleh fikiran, serta luput dari pemahaman.
Betapa sering seorang hamba mengejar cita-cita dunia (kekuasaan, pangkat, atau usaha yang disukai) tapi Allah menjauhkan cita-cita itu. Hal itu sebenarnya adalah rahmat baginya, agar tak membahayakan agamanya. Hamba itupun jadi sedih karena tidak tahu dan tak mengenal Tuhannya. Seandainya ia tahu bahwa itu sebenarnya untuk kebaikannya, maka ia pasti memuji Allah dan bersyukur kepada-NYA.
Dalam doa Nabi s.a.w. :
”Yaa Allah, apa yang Engkau karuniakan kepadaku yang aku cintai, maka jadikanlah ia kekuatan bagiku untuk hal-hal yang Engkau cintai. Dan apa yang Engkau jauhkan dariku yang aku cintai, maka jadikanlah ia kosong bagiku untuk hal yang Engkau cintai.” (H.R. Tirmidzi jld 5 hlmn:523 dengan sanad hasan)
Diantara Nama Allah adalah Al Qoriib.
Allah Ta’ala berfirman:
هو أنشأكم من الأرض واستعمركم فيها فاستغفروه ثم توبوا إليه إن ربي قريب مجيب
”Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-NYA, kemudian bertobatlah kepada-NYA. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-NYA) lagi memperkenankan (doa hambanya).” (Q.S. Huud :61)
Kedekatan Allah ada dua macam:
Pertama, kedekatan umum yaitu Ilmu Alloh mencakup segala sesuatu. Allah lebih dekat dengan manusia daripada urat leher mereka.
Kedua, kedekatan khusus dengan orang-orang yang berdoa dan ahli ibadah yang mencintai Allah. Itu adalah kedekatan yang mendatangkan cinta, pertolongan, dukungan dalam gerak dan diam, pengabulan doa, serta penerimaan dan pemberian pahala bagi ahli ibadah.
Firman Allah Ta’alaa :
وإذا سألك عبادي عني فإني قريب
”Dan apabila hamba-hamba-KU bertanya kepadamu tentang AKU, maka (jawablah), bahwasanya AKU adalah dekat.” (Q.S. Al Baqoroh :186)
Apabila kedekatan dipahami dengan makna umum dan khusus, maka tak ada kontra sama sekali antara kedekatan Allah dengan keberadaan Allah Ta’alaa di atas ‘Arsy-NYA.
Maha Suci Allah yang Maha Tinggi (dalam kedekatan-NYA) lagi Maha Dekat (dalam Ketinggian-NYA)
(Bahan rujukan: Syarh Nuniyah oleh Al haras, Alhaq Alwadhih Almubin,)
Wallahu A’lam…