Pertanyaan Imam Alghozali kepada murid-muridnya

Posted in Uncategorized on Agustus 7, 2015 by algandoel

As-Syech abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali atau lebih dikenal dengan sebutan Iman Al-Ghozali seorang tokoh besar dalam sejarah Islam, Beliau adalah pengarang kitab Ihya’Ulumudin. Suatu hari Beliau mengajukan Enam pertanyaan pada saat berkumpul dengan murid-muridnya.

Pertanyaan Pertama :
Imam Ghazali : “Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini“?
murid-muridnya ada yang menjawab :
“Orang tua”
“Guru”
“Teman”
“Kaum kerabat”
Imam Ghazali :jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.”
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayaka (Ali Imran 185)
Allah SWT berfirman:
وَاللَّهُ يُحْيِي وَيُمِيتُ
Allah menghidupkan dan mematikan (QS Ali Imran [3]: 156).
Allah SWT berfirman:
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلا
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya (QS Ali Imran [3]: 145).
مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ
Tidak ada suatu umat pun yang dapat mendahului ajalnya dan tidak pula dapat memundurkannya (QS al-Hijr [15]: 5; al-Mu’minun [23]: 43)
Allah SWT menegaskan:
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya tetp akan menemui kalian.” (QS al-Jumu’ah [62]: 8).
Allah SWT juga menegaskan:
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian kendati kalian berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh (QS an-Nisa’[4]: 78).

Pertanyaan Kedua :
Imam Ghazali : “Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?”
murid-muridnya yang menjawab :
“Bulan”
“Matahari”
“Bintang-bintang”
Iman Ghazali “Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimana pun kita, apa pun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama”.
“Barang siapa yang keadaan amalnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka ia terlaknat. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung.” (HR. Bukhari)

Pertanyaan Ketiga:
Iman Ghazali : “Apa yang paling besar di dunia ini?”
murid-muridnya yang menjawab
“Gunung”
“Matahari”
“Bumi”
Imam Ghazali : “Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU. Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.”
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. (QS.Al A’Raf: 179).
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya ? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah . Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran ?” (QS. Al-Jaathiya : 23)
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadikan pemelihara atasnya ?
Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tak lain hanyalah seperti binatang ternak bahkan lebih sesat jalannya.” (QS. Al-Furqaan : 43-44)
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat kami kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
Dan kalau Kami menghendaki sesungguhnya kami tinggikan dengan ayat-ayat itu tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zhalim.” (QS. Al-A’raaf : 175-176)

Pertanyaan Keempat:
IMAM GHAZALI : “Apa yang paling berat di dunia?”
murid-muridnya menjawab
“Baja”
“Besi”
“Gajah”
Imam Ghazali : “Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH.
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (QS.Al Ahzab: 72).
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.”

Pertanyaan Kelima:
Imam Ghazali : “Apa yang paling ringan di dunia ini?”
murid-muridnya ada yang menjawab
“Kapas”
“Angin”
“Debu”
“Daun-daun”
Imam Ghazali : “Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHALAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan shalat “
padahal Rasulullah menegaskan dalam sabda beliau :
“(Perbedaan) antara hamba dan kemusyrikan itu adalah meninggalkan sholat.” (HR Muslim dalam kitab Shohihnya nomor 82 dari hadits Jabir).

Pertanyaan Keenam:
Imam Ghazali : “Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? “
Murid- Murid dengan serentak menjawab : “Pedang”
Imam Ghazali : “Itu benar, tapi yang paling tajam sekali di dunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. ”Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no.10 dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6474 dari Sahl bin Sa’id bahwa Rasulullah bersabda.
“Artinya : Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga”
Yang dimaksud dengan apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut, sedangkan apa yang ada di antara kedua kakinya adalah kemaluan.
Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6475 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 74 meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.
“Artinya : Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam”.

wallohu a’lam bisshowab.

Posted in Malaikat, Uncategorized with tags , on September 22, 2011 by algandoel

EKSISTENSI MALAIKAT EKSISTENSI MALAIKAT Fiqih Quran & Hadist Oleh : Redaksi 03 Jun, 05 – 2 :30 am Semua makhluk ciptaan Allah SWT dapat dibagi kepada dua macam, yaitu: makhluk yang gaib (al ghaib) dan makhluk yang nyata (as syahadah). Yang bisa membedakan keduanya adalah pancaindera manusia. Segala sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh salah satu pancaindera manusia digolong kan kepada al ghaib, sedangkan yang bisa dijangkau oleh salah satu pancaindera manusia digolongkan kepada as syahadah. Untuk mengetahui dan mengimani wujud makhluk gaib tersebut, seseorang dapat menempuh dua cara. Pertama, melalui berita atau infor masi yang diberikan oleh sumber tertentu (bil-Akhbar). Kedua, melalui bukti bukti nyata yang menunjukkan makhluk gaib itu ada (bil atsar). Salah satu makhluk gaib Allah adalah malaikat. Allâh menciptakan mahkluk- makhluk untuk menjalankan alam semesta ini. Di antara makhluk- makhluk Allâh, ada yang diciptakan nyata (yaitu meliputi seluruh zat dan energi fisik, termasuk makhluk-makhluk biologis), dan ada yang diciptakan ghaib . Hukum fisik real berlaku untuk mahkhuk nyata, dan hukum ghaib berlaku untuk makhluk ghaib. Tidak banyak yang dapat diketahui manusia tentang keghaiban, kecuali yang diinformasikan Allâh melalui rasul dan kitab- Nya. Salah satu jenis makhluk ghaib adalah malaikat. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. Jumlah malaikat sangat banyak [kita tidak akan membahas lagi kata jumlah dalam dimensi ghaib]. Beberapa nama malaikat yang perlu dikenal adalah : Jibril (Ruhul Amin, Ruhul Qudus, Gabriel). Bertugas menyampaikan wahyu dari Allâh. Mikail (Michael). Mengatur urusan pengaturan semesta, termasuk rizqi manusia. Izrail (Malaikat maut). Mencabut ruh semua makhluk. Israfil. Meniup sangkakala pertanda hari kiamat. Raqib. Mencatat amal baik manusia. Atid. Mencatat amal buruk manusia. Munkar dan Nakir. Menanyai manusia yang baru wafat. Ridwan. Menjaga surga. Malik. Menjaga neraka. Maka untuk meyakini dan mengimani keber adaan malaikat bisa ditempuh dengan dua cara. Pertama, melalui berita (akhbar) yang disampaikan oleh firman Allah dalam Al-Qur‘an maupun sabda Rasulullah SAW dalam Hadits. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur‘an dan hadits yang menjelaskan perihal malaikat. Karena kita mengimani kebenaran sumber (Al-Qur‘an dan Hadits), maka berita tentang malaikat pun kita imani adanya. Kedua, kita dapat mengetahui dan mengimani wujud malaikat melalui bukti-bukti nyata yang ada di alam semesta yang menunjukkan bahwa malaikat itu benar-benar ada. Misalnya, Malaikat Maut yang bertugas mencabut nyawa manusia, dapat dibuktikan secara nyata dengan adanya peristiwa kematian manusia. Demikian pula dengan keberadaan Malaikat Jibril, bisa dibukti kan secara nyata dengan adanya Al-Qur‘an yang disampaikannya kepada Nabi Muhammad SAW. Secara etimologis (lughawiy), kata “malaikah” yang dalam bahasa Indonesia disebut “ malaikat,” adalah bentuk jamak dari kata “malak,” berasal dari mashdar “al-alukah” yang berarti ar-risalah (misi atau pesan). Yang membawa misi disebut “ar-rasul” (utusan). Dalam beberapa ayat Al-Qur`an, malaikat juga disebut dengan “ rusul” (utusan-utusan), misalnya pada surat Hud 69. Bentuk jamak lainnya dari kata “ malak” adalah “mala`ik.” Dalam bahasa Indonesia, kata “ malaikat” bermakna tunggal ( satu malaikat), bentuk jamaknya menjadi “malaikat-malaikat.” Secara terminologis (isthilahiy), makaikat adalah makhluk gaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya (nur) dengan wujud dan sifat-sifat tertentu. Tentang penciptaan malaikat, Rasulullah SAW menginformasikan bahwa malaikat diciptakan dari cahaya (nur), berbeda dengan jin yang diciptakan dari api (nar): “Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua” (HR. Muslim). Tentang kapan waktu penciptaannya, tidak ada penjelasan yang rinci. Tapi yang jelas, malaikat diciptakan lebih dahulu dari manusia pertama ( Adam AS) sebagaimana yang disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 30 : “Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…” (Al Baqarah 30). Sebagai makhluk ghaib, wujud Malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan dicicipi (dirasakan) oleh manusia. Dengan kata lain tidak dapat dijangkau oleh panca indera, kecuali jika malaikat menampil­ kan diri dalam rupa tertentu, seperti rupa manusia. Dalam beberapa ayat dan hadits disebutkan beberapa peristiwa malaikat menjelma menjadi manusia, seperti: “Dan sesungguhnya utusan- utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucap kan: Selamat. Ibrahim menjawab: Selamatlah, maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah ( malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth” (Hud 69 70). “Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur`an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur maka ia mengadakan tabir (yang malindunginya) dari mereka, lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna” ( Maryam 16 17). Dalam suatu hadits riwayat Muslim disebutkan bahwa malaikat Jibril pernah datang dalam rupa manusia menemui Rasulullah SAW –disaksikan oleh sahabat sahabat beliau, antara lain Umar bin Khaththab– dan menanyakan tentang Islam, Iman, Ihsan dan Sa’ah (Kiamat). Setelah malaikat itu pergi barulah Rasulullah SAW bertanya kepada Umar: “Ya Umar, tahukah engkau siapa yang ber tanya tadi. Umar menjawab; “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya ia adalah Jibril yang datang mengajarkan ad diin kepada kalian.” (HR. Muslim). Malaikat tidak dilengkapi dengan hawa nafsu, tidak memiliki keinginan seperti manusia, tidak berjenis lelaki atau perempuan, dan tidak berkeluarga. Hidup dalam alam yang berbeda dengan kehidupan alam se mesta yang kita saksikan ini. Yang menge­ tahui hakikat wujudnya hanyalah Allah SWT. Jumlah malaikat sangat banyak, tidak bisa diperkirakan. Sesama mereka juga ada per bedaan dan tingkatan tingkatan, baik dalam kejadian maupun dalam tugas, pangkat dan kedudukan. Allah menyebutkan bahwa ada malaikat yang bersayap dua, tiga dan empat: “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Fathir 1). Dalam suatu hadits riwayat Muslim disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah melihat Jibril bersayap enam ratus: “ Rasulullah SAW melihat Jibril ‘ alaihis salam bersayap enam ratus” (HR. Muslim). Perbedaan jumlah sayap tersebut bisa saja berarti perbedaan kedudukan, pangkat atau perbedaan kemampuan dan kecepatan dalam men ja lankan tugas. Sedangkan bagaimana bentuk sayap tersebut tentu saja kita tidak bisa mengetahuinya dan memang tidak perlu berusaha untuk menyelidikinya karena –seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya– malaikat adalah makhluk gaib (immaterial) yang hakikatnya hanyalah Allah SWT yang mengetahuinya. (Sumber majalah Tabligh & Isnet) Wallahu a’lamu bis-shawab. Hak cipta dilindungi oleh Allohu Subhanahu wa Ta’ala TIDAK DILARANG KERAS mengcopy, memperbanyak, mengedarkan untuk kemaslahatan ummat syukur Alhamdulillah sumber dari swaramuslim dicantumkan Questions & suggestion or problems regarding this web site should be directed to webmaster Copyright © Sep 2002 – swaramuslim – power with Pmachine All right reserved in association with Muslim Netters Association best viewed with IE Resoluton 800 X 600

Al Waahid, Al Ahad

Posted in Asmaul Husna with tags , , , , , on September 22, 2011 by algandoel

Allah Ta’ala berfirman,

قل هو الله أحد
“Katakanlah, ‘Dia Allah Yang Maha Esa’. ”
(Qs. Al Ikhlash (112): 1)

قل الله خالق كل شيء و هو الواحد القهار
“Katakanlah, “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa’. ”

Al Waahid artinya adalah yang diesakan dengan seluruh kesempurnaan, tanpa ada sesuatupun yang bersekutu dalam pengesaan itu.
Seorang hamba wajib mengesakan Allah dalam keyakinan, ucapan dan amalan, dengan mengakui kesempurnaan-Nya yang absolut, dan kesendiriian-Nya dalam Wahdaniyyah (Keesaan), serta mengesakan-Nya dengan berbagai macam ibadah. (Tafsir Al Allamah Abdurahman ibn Nashir As Sa’di. Jld 5 hlm 620)

Al Ahad artinya Yang Memonopoli setiap kesempurnaan, kemurahan, kebesaran, keindahan, pujian, hikmah, rahmat, dan sifat-sifat sempurna lainnya.
Di dalam sifat-sifat Allah tiada yang serupa, sepadan, dan sejenis dengan-Nya, dari segi manapun. Dia Maha Esa dalam Hidup-Nya, Qoyyumiyyah-Nya (terus menerus mengurus makhluk), pengetahuan-Nya, kekuasaan-Nya, Keagungan-Nya, kebesaran-Nya, keindahan-Nya, pujian-Nya, dan sifat-sifat lainnya. Dia mempunyai puncak kesempurnaan pada setiap sifat-Nya.
Allah menyandang seluruh sifat kesempurnaan, dimana hati para makhluq tidak dapat meliputi sifat-sifat tersebut, dan lisan mereka tidak dapat mengungkapkannya.(Bahjah Qulub Al Abrar wa Qurrah ‘Uyun Al Akhyar.(hlm.291) oleh Abdurrahman As Sa’di)

Syetan Spesialis Sholat

Posted in Syetan, Uncategorized with tags , , , , on September 22, 2011 by algandoel

Khanzab, setan spesialis shalat Khanzab, setan spesialis shalat Fiqih Quran & Hadist Oleh : Redaksi 19 Aug, 04 – 2 :50 pm Shalat adalah ibadah paling menentukan posisi seorang hamba di akhirat kelak. Jika shalatnya baik, maka baiklah nilai amal yang lain, begitu pula sebaliknya. Wajar jika iblis menugaskan tentara khususnya untuk menggarap proyek ini. Ada setan spesialis yang mengganggu orang shalat, menempuh segala cara agar shalat seorang hamba kosong dari nilai atau minimal rendah kualitasnya. Setan itu bernama ‘ Khanzab’. Utsman pernah bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, setan telah mengganggu shalat dan bacaanku.” Beliau bersabda: “Itulah setan yang disebut dengan ‘Khanzab’, jika engkau merasakan kehadirannya maka bacalah ta’awudz kepada Allah dan meludah kecillah ke arah kiri tiga kali.” (HR Ahmad) Utsman melanjutkan: “Akupun melaksanakan wejangan Nabi tersebut dan Allah mengusir gangguan tersebut dariku.” Melafazhkan Niat Sebagaimana halnya dengan wudhu, serangan pertama yang dilakukan setan kepada orang yang shalat adalah menyibukkan ia untuk melafazhkan niat. Terkadang diiringi dengan gerakan aneh, dia membaca niat lalu mengangkat tangannya, lalu gagal dan idturunkan kembali tangannya. Dia ulangi lagi seperti itu berkali-kali hingga terkadang imam sudah rukuk atau sujud, sementara ia masih dipermainkan setan dalam niat dan takbirnya. Niat dan usaha menghadirkan hati memang dituntut ketika hendak shalat, namun tak ada tuntunan sedikitpun bagi orang yang hendak shalat untuk melafazhkan niatnya. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah di dalam Zaadul Ma’ad berkata: Nabi memulai shalatnya dengan bacaan ‘Allahu Akbar’, dari Nabi beliau tidak membaca apapun sebelumnya dan tidak melafazhkan niatnya sama sekali. Beliau tidak mengatakan: ushalli.., ‘aku niat shalat anu karena Allah menghadap kiblat empat rekaat sebagai imam ( sebagai makmum)..” Tidak pula beliau mengatakan ‘ada’an’ atau ‘ qadha’an’, atau ‘fardhan’ dan sebagainya. Semua itu adalah bid’ah yang tidak disebutkan sedikitpun dalam hadits yang shahih, atau dha’if, tidak pula terdapat dalam musnad atau mursal, walau hanya satu kalimat saja. Bahkan tak satupun sahabat mengerjakannya, tidak ada tabi’ in yang menganggapnya baik, begitupun dengan empat imam madzhab. Orang-orang belakangan yang membacanya keliru memahami perkataan Imam Syafi’i yang berbunyi ‘shalat itu tidak sebagaimana shaum, tidak ada orang yang memulai shalat kecuali dengan dzikir’. Mereka menyangka bahwa maksud beliau adalah melafazhkan niat, padahal yang dimaksud tidak lain hanyalah takbiratul ihram.” Ingat Ini..Ingat Itu ! Serangan kedua, setan akan mendatangi orang yang tengah mengerjakan shalat untuk mengingatkan urusan di luar shalat. Maka berapa banyak orang yang jasadnya mengerjakan shalat namun hatinya sibuk menghitung laba rugi perniagaan, mengingat barang yang telah hilang, atau bahkan urusan ‘kebaikan’ yang tidak ada hubungannya dengan shalat. Tidak heran jika usai shalat seseorang menjadi ingat letak barang yang mana ia telah lupa sebelumnya. Setan rela ‘ membantu’ orang itu untuk mengingatkan dan menemukan barangnya kembali, asalkan shalat yang dikerjakan menjadi rusak dan tidak bermutu. Pernah di zaman salaf seseorang kehilangan barang, seseorang menyarankan agar ia mengerjakan shalat dan diapun segera melaksanakan shalat. Ajaib, usai shalat tiba-tiba dia beranjak dari tempatnya dan mengambil barang yang telah dia ingat letaknya ketika shalat. Diapun ditanya: “Apa yang Anda dapatkan ketika shalat?” Dia menjawab: “Aku mendapatkan bahwa setan mencuri perhatian saya dari shalat.” Ada yang terlalu asyik dengan khayalan dan pikirannya tentang urusan di luar shalat, hingga dia lupa sudah berapa rekaat yang telah dia kerjakan. Tentang godaan setan ini, Nabi SAW. bersabda: “Jika adzan untuk shalat dikumandangkan, setan akan lari terbirit-birit sambil mengeluarkan bunyi kentutnya sehingga tidak mendengar adzan. Jika adzan telah usai diapun akan kembali menggoda. Ketika iqamah dikumandangkan setanpun akan lari hingga usai iqamah setan akan mendatangi orang yang shalat lalu membisikkan ke hati seseorang sembari berkata: ‘Ingat ini..ingat itu..’ setan mengingatkan apa- apa yang telah dia lupakan hingga seseorang tidak mengetahui berapa rekaat yang telah ia kerjakan.” (HR al- Bukhari) Ragu antara Kentut dan Tidak Ada kalanya muncul dalam benak seseorang keraguan, apakah dia kentut ataukah tidak. Ini adalah keraguan yang dihembuskan oleh setan untuk mengacaukan shalat seseorang. Dia tidak lagi konsentrasi dengan shalatnya karena ragu, atau dia akan membatalkan shalatnya, lalu dia berwudhu dan memulai shalatnya lagi, lalu akan digoda lagi dengan cara yang sama. Sehingga untuk satu shalat dia bisa mengulangi tiga sampai empat kali berwudhu. Bisa dibayangkan, seandainya ada lima orang saja dalam satu masjid yang terkena godaan ini, niscaya cukup membuat kacau jama’ah yang lain. Untuk menangkal godaan tersebut Nabi memberikan solusi dan informasi: “Jika salah seorang di antara kalian mendapatkan yang demikian itu maka janganlah membatalkan shalatnya hingga dia mendengar suaranya dan mencium baunya tanpa ragu. (HR Ahmad) Di antara ulama ada yang menyebutkan bahwa hadits ini merupakan salah satu pengecualian dari hadits da’ ma yariibuka ilaa ma laa yariibuka, tinggalkan apa yang meragukan dan ambil sesuatu yang tidak meragukan. Dalam kasus ini kita dilarang membatalkan shalat kendati berada dalam keraguan antara kentut dan tidak, kecuali jika mencium bau kentut atau mendengar suaranya. Mencuri Perhatian Kita juga sering melihat atau bahkan mengalami sendiri menengok ketika shalat terkadang tanpa terasa karena terbiasa. Ini juga tak lepas dari serangan setan yang ingin merusak shalat kita. Nabi ditanya tentang orang yang menoleh ke kanan dan ke kiri, beliau menjawab: “Itu adalah setan yang mencuri perhatian seorang hamba dari shalatnya.” (HR Al-Bukhari dan Abu Dawud) Untuk menangkal serangan ini, hendaknya orang yang shalat berusaha menghadirkan hatinya, bahwa dia tengah berhadapan dengan Allah Yang Maha Berkuasa atas segalanya. Jika Anda malu atau takut menoleh ke kanan dan ke kiri ketika berbicara kepada pejabat, lantas bagaimana halnya jika Anda sedang berkomunikasi dengan sang pencipta dan Penguasa para pejabat itu? (Ar risalah) Hak cipta dilindungi oleh Allohu Subhanahu wa Ta’ala TIDAK DILARANG KERAS mengcopy, memperbanyak, mengedarkan untuk kemaslahatan ummat syukur Alhamdulillah sumber dari swaramuslim dicantumkan Questions & suggestion or problems regarding this web site should be directed to webmaster Copyright © Sep 2002 – swaramuslim – power with Pmachine All right reserved in association with Muslim Netters Association best viewed with IE Resoluton 800 X 600

Syetan Spesialis Wudhu

Posted in Syetan with tags , , , on September 22, 2011 by algandoel

Al-Walahan : Setan Spesialis Wudhu Al-Walahan : Setan Spesialis Wudhu Fiqih Quran & Hadist Oleh : Redaksi 04 Aug, 04 – 9 :00 pm Bisa kita bayangkan, bagaimana canggihnya seorang pencuri kendaraan bermotor jika setiap hari yang dipelajari dan dikerjakan adalah mencuri motor. Ada juga pencuri spesialis elektronik, dia paling ahli soal bagaimana menggondol barang elektronik di rumah orang yang sedang lengah. Ternyata, iblis juga memiliki bala tentara yang dibekali ketrampilan khusus dan ditugasi pekerjaan yang khusus pula. Iblis menggoda manusia di setiap lini, dan di setiap lini dia siapkan setan-setan ‘spesialis’ yang pakar dalam bidangnya. Dalam hal wudhu misalnya, ada jenis setan khusus yang beraksi di wilayah ini. Pekerjaannya fokus untuk menggoda orang- orang yang wudhu sehingga menjadi kacau wudhunya. Setan spesialis wudhu ini disebut Nabi dengan ‘Al-Walahan’. Nabi bersabda: “Pada wudhu itu ada setan yang menggoda, disebut dengan Al- Walahan, maka hati-hatilah terhadapnya.” (HR Ahmad) Setan ini menggoda tidak hanya mengandalkan satu jurus saja untuk memperdayai mangsanya. Untuk masing-masing karakter pelaku wudhu, disiapkan satu jurus untuk melumpuhkannya. Waspadai Setiap Jurusnya Sebagian dipermainkan setan hingga sibuk mengulang-ulang lafazh niat. Saking sibuknya mengulang, ada yang rela ketinggalan rekaat untuk meng’ eja’ niat. Niat memang harus dilazimi bagi setiap hamba yang hendak melakukan suatu kativitas. Akan tetapi, tak ada secuil keteranganpun dari Nabi yang shahih menunjukkan sunahnya melafazkan niat. Bahkan tidak ada dalil sekalipun berupa hadits dha’if, mursal, atau yang terdapat di musnad maupun perbuatan sahabat yang menunjukkan keharusan atau sunahnya melafazkan niat. Dalil yang biasa dipakai adalah hadits Nabi “segala sesuatu tergantung niatnya.” Hadits ini tidak menunjukkan sedikitpun akan perintah melafazkan niat. Jika hadits ini dimaknai sebagai niat yang dilafazkan, berarti untuk setiap amal shalih baik menolong orang tenggelam, belajar, bekerja dan aktivitas lain menuntut dilafazkan niat. Apakah orang yang melafazkan niat ketika wudhu juga melafazkan niat ketika melakukan aktivitas amal yang lain? Kalau saja itu baik, tentunya Nabi dan para sahabat melakukannya. Sebagian lagi digoda setan sehingga asal-asalan ketika melakukan wudhu. Dia membiarkan anggota tubuh yang mestinya wajib dibasuh, tidak terkena oleh air. Nabi mengingatkan akan hal ini dengan sabdanya: “Celakalah tumit dari neraka.” ( HR Al-Bukhari dan Muslim) Untuk menangkal godaan ini, wajib bagi kita mengetahui, manakah anggota tubuh yang wajib dibasuh atau diusap. Allah telah menjelaskan dalam firman- Nya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan mata kaki …” (QS. al-Maidah : 6) Syaikh Utsaimin menyebutkan bahwa ‘istinsyaq’ atau memasukkan air ke hidung kemudian istinsyar ( mengeluarkannya) hukumnya wajib karena hidung termasuk bagian dari wajah yang dituntut untuk dibasuh. Telinga juga wajib untuk diusap karena termasuk bagian dari kepala sebagaimana hadits Nabi: al-udzun minar ra’si, telinga adalah bagian dari kepala. Boros Menggunakan Air Asal-asalan berwudhu adalah jurus setan yang diarahkan bagi orang yang malas. Sedangkan untuk orang yang antusias dan bersemangat, ‘al-walahan’ memiliki jurus yang lain. Yakni dia menggoda agar orang yang wudhu terlampau boros menggunakan air. Timbullah asumsi bagi orang yang berwudhu, semakin banyak air, maka semakin sempurna pula wudhunya. Padahal anggapan ini bertentangan dengan sunnatul huda. Bahkan Nabi mengingatkan umatnya akan hal itu. Beliau bersabda: “Sesungguhnya akan ada di antara umat ini yang melampaui batas dalam bersuci dan berdoa.” (HR Abu Dawud, Ahmad, dan An- Nasa’i, sanadnya kuat dan dishahihkan oleh Al-Albani). Ada pula hadits menyebutkan, tatkala Nabi melewati Sa’ad yang tengah berwudhu beliau bersabda: “Janganlah boros dalam menggunakan air.” Sa’ad berkata: “Apakah ada istilah pemborosan dalam hal air?” beliau menjawab: ” Ya, meskipun engkau (berwudhu) di sungai yang mengalir.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad). Ibnul Qayyim menyebutkan hadits ini dalam Zaadul Ma’ad, begitu pula Ibnul Jauzi dalam kitabnya “Talbis Iblis”, hanya saja Syaikh Al- Albani menyatakan ini sebagai hadits dha’if, begitu pula dengan Al-Bushiri dalam Al-Zawa’id. Yang baik adalah kita tidak boros dalam menggunakan air, termasuk ketika berwudhu. Namun bukan berarti boleh meninggalkan sebagian anggota yang wajib untuk dibasuh. Ragu-Ragu Ketika Berwudhu Jurus lain yang ditujukan bagi orang yang kelewat semangat dalam hal wudhu adalah, setan menanamkan keraguan kepada orang yang berwudhu. Ketika orang itu selesai wudhu, dibisikkan di hatinya keraguan akan keabsahan wudhunya. Agar orang itu mengulangi wudhunya kembali dan hilanglah banyak keutamaan seperti takbiratul uula maupun shalat jama’ah secara umum. Telah datang kepada Ibnu Uqail seseorang yang terkena jurus setan ini. Dia menceritakan bahwa dirinya telah berwudhu, kemudian dia ulangi wudhunya karena ragu, bahkan dia menceburkan diri ke sungai, setelah keluar darinya diapun masih ragu akan wudhunya. Dia bertanya: “Dalam keadaan ( masih ragu) seperti itu apakah saya boleh shalat?” Ibnu Uqail menjawab: “Bahkan kamu tidak lagi wajib shalat.” Ya, tak ada orang yang melakukan seperti itu kecuali orang yang hilang ingatan, sedangkan orang yang hilang ingatan tidak terkena kewajiban. Wallahu a’lam. (Majalah Ar risalah)

AL QOOHIR, AL QOHHAAR, AL JABBAAR

Posted in Asmaul Husna with tags , , , on Januari 8, 2011 by algandoel

Allah Ta’alaa berfirman:

قل الله خالق كل شيء و هو الواحد القهار

”Katakanlah, ‘Allah adalah pencipta segala sesuatu dan DIA-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (Q.S. Ar Ra’du: 16)

يوم هم بارزون لا يخفى على الله منهم شيء لمن الملك اليوم لله الواحد القهار

”(Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman), ‘Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? ”Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (Q.S. Ghoofir: 16)

وهو القاهر فوق عباده وهو الحكيم الخبير
”Dan DIA yang berkuasa atas sekalian hamba-hambanya. Dan DIA-lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui.” (Q.S. Al An’aam: 18.

DIA yang mengalahkan seluruh maujud. Kepada-NYA seluruh makhluk tunduk, dan kepada kekuasaan dan kehendak-NYA seluruh materi, unsur alam tinggi dan rendah patuh. Semua terjadi hanya karena izin Allah. Semua makhluk butuh kepada Allah, mereka tidak mampu mendatangkan manfaat dan kebaikan, kebaikan dan kejahatan untuk diri mereka sendiri.

Allah Ta’ala berfirman:

هو الله الذى لآ إله إلا هو الملك القدوس السلام المؤمن العزيز الجبار

”DIA Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak di sembah) selain DIA, Raja Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa.” (Q.S. Al Hasyr: 23)
Al Jabbaar mempunyai tiga makna:
1. DIA yang membenahi yang lemah dan tiap hati yang mengeluh karena-NYA. Allah membenahi orang yang kesusahan, mencukupi yang fakir, memudahkan yang dalam kesulitan, membenahi yang terkena musibah dengan memberi taufik agar tetap tegar dan sabar serta memberi pahala besar bila ia melakukan kewajibannya.
Allah membenahi secara khusus membenahi hati orang yang rendah diri terhadap kebesaran dan kemuliaan-NYA, dan hati orang yang mencintai-NYA dengan cara melimpahi dengan karamah (kemuliaan), ma’rifat, dan kondisi-kondisi keimanan. Jadi hati orang yang mengadu kepada Allah dibenahi oleh Allah Yang Maha Dekat.
2. Allah mengalahkan setiap sesuatu, yang kepada-NYA tiap sesuatu itu tunduk dan pasrah.
3. Allah Maha Tinggi atas segala sesuatu.

Adakalanya Al Jabbaar bermakna Al Mutakabbir (Yang memiliki segala keagungan) dari tiap keburukan, kekurangan, permisalan dengan makhluk dari adanya sesuatu yang setara atau berlawanan, atau sekutu bagi-NYA, dalam seluruh kekhususan dan Hak-NYA.
(Bahan Rujukan:
Syarh Nuniyah by Alharas, Alhaq Alwadhih Almubin, dan Taudhih almaqashid wa tashih Alqawaid)

Wallahu A’lam…

Tharekat Qodiriyah

Posted in Tasawuf with tags , , , on Januari 8, 2011 by algandoel

Tharekat Qodiriyah didirikan oleh Syaikh Abdul Qodir Jailani. Beliau seorang alim dan zahid, dianggap Qutubul Aqtob. Mula pertama seorang ahli fikih bermadzhab Hambali, sesudah beralih kegemaran kepada Ilmu tharekat dan hakekat menunjukkan keramat dan keanehan-keanehan. Orang dapat membaca sejarah hidupnya dalam Kitab Manaqib Syaikh Abdul Qodir Jailani yang di baca oleh rakyat tertentu, yang konon untuk mendapatkan berkahnya. Apa sebenarnya isi manaqib itu??..
Isinya mengenai riwayat hidup Syeikh Abdul Qodir Jailani, tetapi yang ditonjolkan adalah budi pekerti yang baik, kesalehan, kezuhudan, keramat dan keanehan Beliau.
Diceritakan Syaikh Abdul Qodir adalah putra Abu Shaleh, sambung menyambung hingga berhubungan kepada Hasan putra Ali Bin Abi Thalib, kemenakan Nabi Muhammad s.a.w. Ibunya bernama Fatimah anak Sayid Abdullah Assuma’i Alhusaini.
Imam Nawawi menceritakan tentang keramat Syaikh Abdul Qodir dalam kitabnya bernama Bustanul Arifin dan mengatakan bahwa beliau adalah Guru dalam madzhab Syafi’i dan Hambali. Imam Sarbuni menceritakan tentang Beliau dalam kitab Thabaqat, bahwa tanda kekeramatan Syeikh Abdul Qodir sudah dirasakan ibunya sejak dalam kandungan. Diantaranya Beliau tidak mau menyusu pada siang hari akhir bulan Sya’ban, awal Ramadhan. Hingga itu dijadikan tanda kedatangan bulan Ramadhan tiap tahun. Konon ketika Ibunya pergi mengaji dikelilingi oleh malaikat yang menjaga anaknya. Lalu diceritakan kasih sayang beliau kepada fakir miskin sejak kecil, menjauhi maksiat, gemar belajar dan beramal tak putus-putus, jujur, cinta kepada ibu bapaknya.
Boleh dikatakan Syeikh Abdul Qodir dilahirkan dan dididik dalam ayunan dan lingkungan Sufi. Dimanapun ketika berfikir akan bermain maka terdengarlah suara yang menanyakan kemana dia mau pergi. Tiap kali mendengar itu beliaupun lekas kepangkuan ibunya. Pada usia 10 tahun Beliau diperintahkan belajar mengaji. Dan sampai umur 18 tahun beliau belajar dikota Jailani. Otak beliau sangat cerdas sampai pelajaran yang biasa dihafal 1 minggu dapat dihafal dalam 1 hari saja.
Abdul Qodir berkeinginan keras menambah pengetahuan dan meningkatkan kerohaniannya di Kota Baghdad, karena Baghdad dikenal sebagai pusat kota ilmu waktu itu.
Lebih jauh Imam Taqiyudin menceritakan, bahwa pada suatu kali, tatkala memasuki Baghdad, Syekh Abdul Qodir bertemu dengan Nabi Khidir a.s. yang memerintahkan beliau menunggu pada suatu tempat sampai kembali. Konon Syeh Abdul Qodir Jailani menunggu di suatu jalan selama 7 tahun lamanya, dan selama itu hidup dengan makan rumput. Sampai terdengar suara yang memerintahkan untuk masuk kota Baghdad.
Manaqib banyak sekali menceritakan kekeramatan Syeikh Abdul Qodir Jailani misalnya :
Keselamatan harta Abdul Muzaffar yang berkat Syeikh Abdul Qodir dapat selamat dari perampokan dijalan di Syam, mengenai kealimannya dalam Ilmu pengetahuan, karena sesudah berguru pada Syaikh Hamadu Dibas beroleh dua lautan ilmu.
Pertama bahrun Nubuwah keilmuan Nabi yang tak habis-habisnya.
Kedua bahrul futuwah ilmu Ali bin Abi Tholib yang tak terhingga.
Pernah muridnya bercerita jika dari dalam baju Beliau muncul ular dan berkata padanya bahwa ia adalah seorang wali yg tak dapat ditakut-takuti.
Cerita seekor burung mati yang dihidupkan lagi hanya dengan membaca Bismillah, cerita tentang seorang yang mengadukan nasibnya, karena bermimpi berzina yang dijawab bila Beliau sudah tahu lebih dulu karena telah di lihat di lauhil mahfudz dan sudah dimintakan keampunan Allah, bahwa Ia pernah berkata jika seorang menghadapi malapetaka akan terhindar jika menyebut namanya dan bertawasul kepadanya. Selanjutnya mengusir perempuan yang diganggu jin hanya dengan mengucapkan pada telinganya ‘pergilah engkau kanis’.
Diceritakan pula bahwa suatu hari Beliau kedatangan cahaya didadanya yang kilau kemilau dan berkata: ‘akulah tuhanmu!, telah ku halalkan sesuatu yang haram bagimu’. Tapi Sheikh Abdul Qodir tahu bahwa cahaya itu adalah syetan, dan mengusirnya dengan kata keji. Barulah syetan memperlihatkan diri dan berkata ‘Sudah 70 orang ahli tharekat ku sesatkan, tapi engkau tak dapat ku perdayakan’. Dan banyak lagi cerita kekeramatan di dalam kitab Manaqib Syeikh Abdul Qodir Jailani.
Tharekat Qodiriah mempunyai dzikir, wirid, dan hizib-hizb tertentu. Bahkan ada penganutnya yang berkeyakinan sedemikian rupa hingga menempatkan Ali bin Abi Thalib di atas kedudukan Nabi Muhammad s.a.w.
Hal itu tentu tak sesuai dengan Syeikh Abdul Qodir yang bermadzhab Hambali.
Kuburan Syeik Abdul Qodir Jailani terdapat di Baghdad, Irak. Meskipun pusat tarekat ini boleh dikatakan di baghdad, tapi cabang-cabangnya terdapat di seluruh dunia, sehingga Qodiriyah selain sebuah Tharekat, juga merupakan sebuah organisasi atau pergerakan.Pokok-pokok dasar Tharekat Qodiriyah sama banyaknya dengan dengan Tharekat Syadziliyah.
Pokok dasar Tharekat Syadziliyah yaitu :
1. Taqwa kepada Allah Ta’alaa lahir dan batin.
2. Mengikuti sunnah dalam ucapan dan perbuatan.
3. Menjauhkan diri dari makhluk di depan dan di belakang.
4. Ridho kepada anugerah Allah biar sedikit atau banyak.
5. Kembali kepada Allah dalam waktu susah atau senang.

Pokok Tharekat Qodiriyah:
1. Tinggi cita-cita.
2. Memelihara kehormatan.
3. Memelihara hikmah.
4. Melaksanakan maksud.
5. Mengagungkan nikmat, keseluruhannya ditujukan kepada Allah Ta’alaa.

Wallahu A’lam…

Tharekat An Naksyabandiyah

Posted in Tasawuf with tags , , , on Januari 7, 2011 by algandoel

Tharekat Naksyabandiyah didirikan oleh Syaikh Muhammad bin Baha’uddin Al uwais Al Bukhari (717 H-791 H). Dia biasa di namakan Naksyabandi terambil dari kata Naksyaband yang berarti lukisan, karena Keahlian dalam memberikan lukisan kehidupan yang ghaib-ghaib (DalamThe Darvishes, karangan J.p Brown).
Kata Naksyaband itu diartikan sama dengan Penjagaan bentuk kebahagiaan hati (dalam Berlin Catalgue: karangan Ahlwardt).

Muhammad bin Baha’uddin An Naksyabandi lahir di desa bernama Hinduwan yang kemudian bernama Arifan, yaitu beberapa kilometer dari Bukhara. Sebagaimana Wali-Wali yang lain Syaikh Muhammad Baha’uddin juga mempunyai cerita dan tanda kelahiran yang aneh. Tiga Hari Sebelum Beliau lahir pada suatu hari seorang wali besar Muhammad Baba Sammasi berjalan melalui desa Arifan. Ketika masuk desa tersebut Beliau berkata kepada teman-temannya : ”Bau harum yang kita cium sekarang ini, datangnya dari bayi yang akan lahir di desa ini.” Setelah Bayi itu lahir lantas diantarkan kepada Syaikh Muhammad Baba, dan diterima dengan penerimaan yang penuh gembira seraya berkata: ”Ini adalah anakku, dan baik saksilah kamu, bahwa aku menerimanya”. Tatkala Ayah Baha’uddin menghadap agar anaknya tidak di sia-siakan, Syaikh Amir Kulal meletakkan tangan di dada Bayi itu dan berkata: ”Jika saya sia-siakan haknya, pendidikannya dan rawatan untuknya yang lemah lembut, bukanlah aku ini seorang yang punya kedudukan dalam sejarah Baha’uddin.”
Kitab jami’ul Usul menceritakan bahwa Arifan adalah desa yang subur dan makmur dan penduduknya berakhlak baik pula dalam tahun 718 H (1317), di iringi dengan kejadian-kejadian ajaib di luar kiraan manusia mengenai diri wali ini.

Syaikh Muhammad Baha’uddin An Naksyabandi diceritakan mempunyai Nasab keturunan dengan Qutub Sufi besar yaitu Syaikh Abdul Qodir Al Jailani, yang masih keturunan dari Hasan bin Ali bin Abi Tholib, kemenakan Nabi Muhammad s.a.w. dan Khalifah yang ke enam.

Diceritakan, bahwa Syaikh Baha’uddin mendapat pelajaran Tharekat dan ilmu adab dari Qutub Amir Kulal. Tetapi ilmu hakikat banyak Beliau peroleh dari Syaikh Uwais Al Qorni, karena Beliau di didik kerohaniannya oleh Syaikh Khalik Al Khujdawani yang mengamalkan pendidikan Uwais itu.

Kemudian diceritakan bahwa beliau pergi ke Samarkand lalu ke Bukhara dan belajar selama tujuh tahun kepada Seorang Arif Syaikh Ad dikkirini, setelah itu Beliau bekerja pada Sultan Khalid yang pemerintahannya pernah dipuji oleh Ibnu Batutah dalam Kitab sejarahnya. Banyak sedikit kemasyhuran tersebut konon adalah disebabkan Syaikh Bahauddin Naksabandi. Sesudah Raja yang dilayani mangkat (1347 M), Beliau lalu pulang ke Zewartun dimana kehidupan Sufi dan Zuhud dilakukan selama tujuh tahun melakukan amal untuk manusia dan binatang. Hari-hari akhir dalam usia Beliau bertempat di desa kelahirannya ditengah-tengah keluarga dan murid-murid yang mencintainya dalam tahun 791 H (1389 M).

Tharekat Naksyabandiyah berhubungan langsung kepada Nabi Muhammad s.a.w, diterangkan silsilahnya oleh Muhammad Amin Al Kurdi dlm Kitabnya ‘Tanwirul Qulub’
(Mesir 1343 H), Katanya Syekh Baha’uddin Naksyabandi beroleh Tharekat dari Amir Kulal bin Hamzah, yang mengambil dari Muhammad Baba As Sammasi, yang mengambil pula dari Ali Al Ramitni (Syaikh Azizan), menerima dari Syaikh Mahmud Al Fughnawi, mengambil dari Syaikh Arif Riyukri, dari S. Abdl Kholiq Al Khujdawani, dari S. Abu Yakub Yusuf Al hamdani, dari S. Abu Ali Fadhal bin Muhammad At Thusi Alfarmadi, dari Abul Hasan Ali bin Ja’far Al Khirqani, dari S. Abu Yazid Al Bistami, sambung menyambung sampai Kholifah Abu Bakkar As Shiddiq r.a. yang menerima langsung Tharekat itu dari Nabi Muhammad s.a.w. yang dicurahkan melalui Malaikat Jibril oleh Allah Subhanahu Wa Ta’alaa. Memang banyak yang mencari hubungan Tharekat dengan Shahabat Abu Bakkar As Shiddiq r.a. Karena di curahkan ilmu yang istimewa kepada beliau.
Sabda Nabi Muhammad s.a.w. :
”Tidak ada sesuatupun yang dicurahkan Allah kedalam dadaku, melainkan aku curahkan kembali ke dalam dada Abu Bakar.”

Tharekat Naksyabandiyah merupakan suatu Tharekat yang lebih dekat pada tujuannya, dan lebih mudah untuk mencapai derajad, karena di dasarkan atas pelaksanaan yang sangat sederhana. Misalnya :
mengutamakan latihan rasa lebih dahulu (Jazbah) daripada latihan suluk yang lain.
Kedua sangat kokoh memegang Sunnah Nabi s.a.w. dan menjauhkan bid’ah (sesuatu yang baru dalam agama), menjauhkan diri dari sifat-sifat yang buruk dan memakai sifat yang baik dan akhlak yang sempurna. Tharekat Naksyabandiyah mengajarkan dzikir-dzikir yang sederhana, lebih mengutamakan dzikir hati daripada dzikir memakai mulut dengan mengangkat suara.

Jika diringkas tujuan pokok Tharekat Naksyabandiyah yang dasar adalah:
1. Taubah.
2. Uzlah.
3. Zuhud.
4. Taqwa.
5. Qona’ah.
6. Taslim.

Untuk mencapai ini mereka jadikan rukun tarekatnya enam pula :
1. Ilhm.
2. Hilm.
3. Sabar.
4. Ridho.
5. Ikhlas.
6. Akhlak yang baik.

Ada enam hukum yang dijadikan pegangan :
1. Ma’rifat.
2. Yakin.
3. Sakha.
4. Sadaq
5. Syukur.
6. Tafakkur tentang apa yang diciptakan Tuhan.

Enam perkara yang wajib dikerjakan dalam Tharekat ini ialah:
1. Dzikir.
2. Meninggalkan hawa nafsu.
3. Meninggalkan urusan keduniawian.
4. Melaksanakan Ajaran Agama dengan kesungguhan.
5. Berbuat baik kepada semua makhluq.
6. Melakukan amal kebajikan.

(Kitab Mutiara Tharekat Naksyabandiyah, Kitab Mas-alah)

Roh dalam Tharekat Naksyabandiyah.

Roh ataupun Malaikat bukanlah pria bukan pula wanita, tidak berdarah, tidak berdaging, tidak bertulang, Roh itu memenuhi ruangan, dan Roh tidak dikandung waktu dan tempat. Roh itu tidak beranak dan diperanakkan. Roh itu kekal tidak akan mati dan Dia hidup selamanya. Sebelum Adam dan Hawa tercipta Roh itu telah ada. Bahkan Roh terdahulu diadakan Allah Ta’alaa daripada langit dan bumi. Walaupun Roh itu berapa banyaknya dan berapa besarnya, dapat bertempat pada ruang yang sempit. Keadaannya seolah-olah seperti cahaya, berapapun besarnya dapat juga masuk dalam sebuah bilik. Bagaikan lampu yang menyala maka sinarnya dapat masuk dalam bilik itu. Jika kita masukkan lagi beberapa lampu dan kita pasang maka cahaya beberapa lampu itu dapat pula diterima dalam bilik itu. Bilik tidak menjadi sesak karena cahaya lampu tidak menyesakkan bilik itu. Inilah permisalan Roh yang mudah difikirkan yang keadaanya berlawanan dengan badan kasar (alam benda).
Roh itu meskipun berupa sebagaimana rupa yang dipunyainya, tapi ia tidak berdarah, berdaging, berkulit, dan sebagainya seperti badan kasar dan tidak di pengaruhi unsur tanah, api, air, udara. Roh dapat berpindah-pindah ke tempat yang jauh dengan sendirinya tanpa menggunakan kendaraan atau alat angkutan. Roh dapat berupa dan berbentuk seperti rupa manusia tapi bukan seperti rupa bentuk dengan mata kepala kita.
Roh pada diri manusia seperti kawat yang menghubungkan antara alam jasad dan alam Roh. Roh pada manusia seperti badan kasarnya tercipta serupa bayangan yang bersamaan dengan sifatnya, bentuk dan bangunnya. Ibarat gambaran dari sebuah rumah, yang kemudian didirikan menurut lukisan dari gambar itu.
Roh yang ada pada manusia itu yang membawa orang hidup berpindah-pindah kemana-mana tempat sewaktu sedang tidur atau sedang bermimpi. Ia mengerjakan beberapa pekerjaan dengan tidak di tinggalkan oleh jiwanya. Dengan demikian seseorang dapat melihat, dan mengerjakan sesuatu dalam hitungan detik saja, sedang bila dikerjakan dengan badan kasar butuh waktu yang lama.
Roh itu suatu badan yang halus, yang berhubungan erat dengan badan yang kasar, bagaikan percampuran air dengan tumbuhan hijau. Roh itu semacam unsur bersinar yang berupa lagi halus. Ia memikul kekuatan hidup, panca indra, bergerak, dan bersemangat.

Roh bangsa binatang ialah sebangsa unsur yang berhubungan erat dengan tubuh kasar, dikala tidur lepas dan lenyaplah cahaya dari luar tubuh, tapi tidak lenyap didalam tubuh. Roh itu suatu tubuh yang bukan seperti tubuh kasar. Ia sebangsa nur (cahaya) yang tinggi serta halus dan senantiasa bergerak meresap di dalam anggota tubuh dan berjalan didalamnya, bagai jalannya air dalam bunga mawar, atau seperti cahaya api dalam arang. Adapun Roh istimewa pada Manusia (tidak ada pada binatang) ialah suatu atau sejenis benda yang bercahaya bagaikan unsur yang bersinar yang dapat memikul beban hidup yang menyebabkan anggota kasar punya perasaan dan kemauan.
Roh itu tidak dikurung dalam tubuh kasar manusia, dan tidak dilepaskan diluar badan kasar, tidak bercerai berai dengan badan kasar yaitu Roh berhubungan dengan badan kasar.
Badan kasar seolah-olah sangkar dan Roh sebagai burung. Kalau Roh itu tidak mengingati Alloh Ta’alaa, maka syaitan, iblis dapat membisikkan kepada Roh agar manusia mengerjakan apa yang dilarang Alloh Ta’alaa.
Bagaimana hakikat perhubungan Roh dengan badan, Allah yang Tahu. Siapa mengenal Rohnya, atau jiwanya atau dirinya, berarti ia telah mengenal Alloh.

Roh dikatakan sakit tuli, bisu, dan buta jika tidak mengingati Alloh. Oleh karena itu ahli Tharekat Naksyabandiyah mengajarkan mendidik Roh, agar Roh itu lancar mengerjakan 17 mata pelajaran yang telah dimiliki.
Jika murid-murid ikhlas menerima Bai’at Ilmu Tharekat Naksyabandiyah, Insya Allah dengan mudah, yakin, ‘ainul yakin, haqul yakin akan membenarkan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad s.a.w.

Wallahu A’lam…

AL MUJIIB, ASY SYAAKIR, ASY SYAKUUR

Posted in Asmaul Husna with tags , , , on Januari 4, 2011 by algandoel


Al Mujiib artinya Yang Maha Mengabulkan doa orang-orang yang meminta, dan ibadah orang yang meminta ibadahnya diterima.
Pengabulan Allah terbagi dua macam yaitu:
1. Pengabulan umum bagi setiap doa (doa ibadah maupun doa permintaan)
Allah Ta’alaa berfirman:

وقل ربكم ادعوني أستجب لكم
”Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-KU, niscaya akan KU perkenankan bagimu’.” (Q.S. Ghoofir: 60)
Allah mengabulkan tiap doa orang (yang taat dan ingkar) yang meminta kepada-NYA menurut kondisi yang mendukung dan menurut hikmah-NYA. Ini merupakan bukti kemurahan dan keluasan kebajikan-NYA.

2. Pengabulan khusus.
Sebab-sebab pengabulan khusus antara lain:
a. Orang yang sedang dihimpit kesusahan besar.
Firman Allah Ta’alaa:

أمن يجيب المضطر إذا دعاه
”Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apa bila ia berdoa kepada-NYA.” (Q.S. An Naml: 62)

b. Perjalanan jauh dan tawasul kepada Allah dengan perantara yang paling dicintai-NYA, yaitu Nama-Nama dan sifat-sifat Allah, doa. Begitu juga doa orang yang sakit, teraniaya, orang yang berpuasa, doa orang tua untuk anaknya, dan doa pada waktu dan kondisi yang mulia (usai sholat, waktu sahur sebelum subuh, antara adzan dan iqomah, saat turun hujan, dan saat terkena bencana besar)
Firman Allah Ta’alaa:

إن ربي قريب مجيب
”Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-NYA) lagi maha mengabulkan (doa-doa hamba-NYA).” (Q.S. Huud: 61)

Diantara Nama-nama Allah Ta’alaa adalah Asy Syaakir Asy Syakuur, yang tidak menyianyiakan usaha orang-orang yang beramal mengharap ridho-NYA, namun DIA melipat gandakannya.

Allah telah memberitakan dalam Kitab dan Sunnah Nabi-NYA, tentang penggandaan kebaikan menjadi 10 kali lipat hingga 700 kali lipat, bahkan lebih besar dari itu.

Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan mengganti yang lebih baik darinya. Semua itu bukan kewajiban bagi Allah, tapi Diri-NYA sendiri yang
mewajibkannya sebagai suatu kemurahan dari-NYA.
Allah Ta’alaa berfirman:

لا يسأل عما يفعل وهم يسألون
”DIA tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-NYA, dan merekalah yang akan ditanyai.” (Q.S. Al Anbiyaa’:23)

Jadi Allah tidak wajib memberi pahala kepada ketaatan dan tidak wajib memberi hukuman kepada kemaksiatan. Pahala murni fadhilah serta kebaikan-NYA, dan hukuman murni keadilan serta hikmah-NYA.
Allah Ta’alaa berfirman:

كتب ربكم على نفسه الرحمة أنه من عمل منكم سوءا بجهالة ثم تاب من بعده وأصلح فإنه غفور رحيم
”Tuhanmu telah menetapkan atas diri-NYA kasih sayang, bahwa barang siapa yang berbuat kejahatan diantara kamu karena kejahilan, kemudian ia bertobat setelah mengerjakannya dan melakukan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al An’aam :47)

وكان حقا علينا نصر المؤمنين
”Dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang beriman.” (Q.S. Ar Ruum:47)

Madzhab Ahlus Sunnah mengatakan bahwa hamba tidak punya hak atas Allah. Seandainya ada, maka Allah-lah yang menjadikannya hak dan mewajibkannya jika itu disebut hak. Oleh karena itu amal tidak disia-siakan Allah selama dilakukan dengan ikhlas dan sesuai dengan Sunnah Nabi s.a.w.
Bila Allah memberi nikmat, maka itu karena fadhilah dan kebaikan Allah, bila Allah menyiksa itu karena keadilan dan hikmah Allah.

Wallahu A’lam..

(Bahan rujukan: Syarh Nuniyah oleh Al haras, Alhaq Alwadhih Almubin, Taudhih almaqashid wa tashih alqowa’id)

AL LATHIIF, AL QORIIB

Posted in Asmaul Husna with tags , , on Januari 4, 2011 by algandoel

Al Lathiif adalah salah satu Asma’ul Husna, yaitu Yang Berlemah lembut kepada hamba-hamba-NYA (dalam semua urusan) . Allah mengendalikan dan menggiring segala sesuatu yang akan mengantarkan kebaikan kepada hambanya tanpa ia sadari. Ini merupakan tanda dari pengetahuan, kemurahan, dan rahmat-NYA.
Allah Ta’alaa berfirman :

الله لطيف بعباده يرزق من يشاء وهو القوي العزيز

”Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-NYA, Dia memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-NYA, Dan DIA-lah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Q.S. Asy Syuuraa :19)

لا تدركه الأبصار وهو يدرك الأبصار وهو الطيف الخبير

”DIA tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang DIA dapat melihat segala yang kelihatan ; dan DIA-lah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al An’aam :103)

Makna Al Lathiif ada dua macam:

Pertama, Allah Maha Mengenal yang Pengetahuan-NYA meliputi segala rahasia, perkara batin, hal ghaib, yang tersimpan di dada, serta segala sesuatu yang lembut dan halus.

Kedua, Allah bersikap lembut pada wali-NYA yang hendak diberikan kebaikan, meliputinya dengan kemurahan-NYA, mengangkat derajat-NYA, hingga Allah memberi kemudahan dan menjauhkan kesulitan darinya. Allah juga memberi berbagai cobaan yang tidak disukai dan berat baginya, yang merupakan esensi dari keshalihannya dan jalan menuju kebahagiaannya sebagaimana Allah menguji para Nabi dengan penganiayaan dan dengan jihad dijalan Allah.

Betapa banyak kelembutan dan kemurahan Allah yang tak tergambar oleh fikiran, serta luput dari pemahaman.
Betapa sering seorang hamba mengejar cita-cita dunia (kekuasaan, pangkat, atau usaha yang disukai) tapi Allah menjauhkan cita-cita itu. Hal itu sebenarnya adalah rahmat baginya, agar tak membahayakan agamanya. Hamba itupun jadi sedih karena tidak tahu dan tak mengenal Tuhannya. Seandainya ia tahu bahwa itu sebenarnya untuk kebaikannya, maka ia pasti memuji Allah dan bersyukur kepada-NYA.

Dalam doa Nabi s.a.w. :
”Yaa Allah, apa yang Engkau karuniakan kepadaku yang aku cintai, maka jadikanlah ia kekuatan bagiku untuk hal-hal yang Engkau cintai. Dan apa yang Engkau jauhkan dariku yang aku cintai, maka jadikanlah ia kosong bagiku untuk hal yang Engkau cintai.” (H.R. Tirmidzi jld 5 hlmn:523 dengan sanad hasan)

Diantara Nama Allah adalah Al Qoriib.
Allah Ta’ala berfirman:

هو أنشأكم من الأرض واستعمركم فيها فاستغفروه ثم توبوا إليه إن ربي قريب مجيب

”Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-NYA, kemudian bertobatlah kepada-NYA. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-NYA) lagi memperkenankan (doa hambanya).” (Q.S. Huud :61)

Kedekatan Allah ada dua macam:

Pertama, kedekatan umum yaitu Ilmu Alloh mencakup segala sesuatu. Allah lebih dekat dengan manusia daripada urat leher mereka.

Kedua, kedekatan khusus dengan orang-orang yang berdoa dan ahli ibadah yang mencintai Allah. Itu adalah kedekatan yang mendatangkan cinta, pertolongan, dukungan dalam gerak dan diam, pengabulan doa, serta penerimaan dan pemberian pahala bagi ahli ibadah.
Firman Allah Ta’alaa :

وإذا سألك عبادي عني فإني قريب

”Dan apabila hamba-hamba-KU bertanya kepadamu tentang AKU, maka (jawablah), bahwasanya AKU adalah dekat.” (Q.S. Al Baqoroh :186)

Apabila kedekatan dipahami dengan makna umum dan khusus, maka tak ada kontra sama sekali antara kedekatan Allah dengan keberadaan Allah Ta’alaa di atas ‘Arsy-NYA.

Maha Suci Allah yang Maha Tinggi (dalam kedekatan-NYA) lagi Maha Dekat (dalam Ketinggian-NYA)

(Bahan rujukan: Syarh Nuniyah oleh Al haras, Alhaq Alwadhih Almubin,)
Wallahu A’lam…